Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Nasional » LDII Ingatkan Selain Komunisme, Ideologi Lain Berpotensi Runtuhkan Pancasila

LDII Ingatkan Selain Komunisme, Ideologi Lain Berpotensi Runtuhkan Pancasila

  • account_circle Editor@ldiiwonogiri
  • calendar_month Jum, 1 Okt 2021
  • visibility 149
  • comment 0 komentar

Jakarta (30/9). Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap Oktober, merupakan pengingat bahaya komunisme yang melakukan kudeta pada 30 September. Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam gerakan itu menculik tujuh jenderal dan beberapa lainnya. Gerakan itu, untuk mengganti ideologi Pancasila dengan komunisme.

“Peristiwa tersebut tercatat jadi sejarah kelam Indonesia modern. Komunisme memang tak tampak lagi, namun sebagai ideologi ia tak kasat mata. Jadi, bangsa ini harus terus waspada,” ujar Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.

Chriswanto juga mengingatkan, bukan hanya komunisme tapi liberalisme bahkan gerakan fundamentalisme berbasis agama tertentu, bisa membahayakan ideologi negara tersebut, “Akibatnya, Pancasila memang masih jadi dasar negara, namun prilaku pejabat publik dan rakyatnya tak lagi Pancasilais,” ujar Chriswanto khawatir.

Menurutnya beberapa waktu lalu, ia dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj bertemu dan bersepakat untuk membendung pengaruh liberalisme dan fundamentalisme, di lingkungan ormas masing-masing, “Ormas-ormas Islam berhadapan dengan dua kutub persoalan, yakni liberalisme yang di antaranya mendorong kebebasan individu, sementara di sisi lain terdapat fundamentalisme yang membuat seseorang tidak toleran terhadap perbedaan,” ujarnya.

Liberalisme menurut KH Chriswanto Santoso pada banyak hal, memiliki kandungan positif. Seperti mendorong seseorang untuk memperoleh haknya dalam kesejahteraan dengan berkompetisi. Namun, bila tak diatur, liberalisme sangat memungkinkan yang kuat akan menggusur yang lemah dalam berbisnis. Selain itu, liberalisme mendorong sifat seperti konsumerisme, yang bila tak dikendalikan berbuah pemborosan dan melakukan segala cara untuk meraih barang yang diinginkan.

“Artinya, komunisme, liberalisme, sosialisme, dan fundamentalisme bukanlah ideologi asli suku-suku di Indonesia. Ideologi-ideologi itu diimpor di sinilah Pancasila dan rakyat Indonesia diuji,” imbuhnya. Bila liberalisme membuat seseorang tak peduli sehingga semangat gotong-royong meluntur. Sementara fundamentalisme mendorong lunturnya sikap toleransi, menghargai, dan menghormati keyakinan lain. Akibatnya, kedamaian dan ketenteraman bisa terusik.

Ia mengingatkan kembali peran ormas Islam untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan karakter bangsa, sebagaimana yang terdapat dalam butir-butir Pancasila, “Pancasila digagas para pendiri bangsa sebagai kompromi, jalan tengah, dan mengambil intisari dari berbagai ideologi. Bahkan, nilai-nilai luhur bangsa Indonesia terhimpun di dalamnya. Inilah yang membuat bangsa Indonesia terus bersatu,” ujar Chriswanto.

Memperkokoh Kesaktian Pancasila
Pancasila dapat terus dikuatkan, bilamana ideologi tertentu tidak menggantikan Pancasila. Menurut Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistiyono yang juga Guru Besar Sejarah Universitas Diponegoro (Undip), Pancasila jangan sampai berhenti pada tataran verbal, tetapi juga diamalkan.

“Dalam kontruksi keindonesiaan, yang pertama adalah bahwa sila pertama dari Pancasila harus menjadi pondasi sekaligus mewarnai sila-sila yang lain. LDII juga berpendapat sila pertama tidak dijadikan bingkai, tetapi sebagai pondasi,” ujarnya.

Menempatkan sila pertama Pancasila sebagai bingkai atau wadah, sangat berisiko mendorong pihak-pihak yang memiliki ideologi tertentu, mengubah ideologi negara. Hal tersebut, bisa menjadi bibit konflik yang berkepanjangan karena kondisi bangsa dan negara yang plural, baik dari sisi agama maupun kepercayaan. “Maka agama harus ditempatkan sebagai fundamen bukan wadah,” ujar Singgih.

Kedua, dengan memahami sifat dan jiwa yang tergali dalam sejarah lahirnya Pancasila, menurut Singgih yang patut untuk menjadi bingkai dari konstruksi keindonesiaan adalah sila Persatuan Indonesia, “Dengan demikian, rumusannya adalah apapun agama yang dipeluk (sesuai Sila Pertama), apapun aktualisasi kemanusiaan yang dilakukan (Sila kedua), bentuk demokrasi apapun yang dijalankan (Sila keempat) dan model keadilan yang dibayangkan (Sila kelima) tetap dalam bingkai persatuan Indonesia atau NKRI (Sila ketiga),” ulasnya.

Dengan demikian, pemikiran pemikiran mengenai memperkokoh Pancasila dapat disimpulkan bahwa sila pertama adalah pondasi, sila ketiga sebagai bingkai, sila kelima sebagai tujuan, maka sila kedua adalah aspek kemanusiaan, sila keempat megenai demokrasi sebagai semangat dan cara mencapai tujuan berbangsa dan bernegara. Kelima sila tersebut tidak bisa dibeda-bedakan, bahkan saling melengkapi.

Bila dikristalisasi, menurut Singgih, bangsa Indonesia tanpa Pancasila akan rapuh. Mengapa? Karena tidak punya pondasi religiusitas yang kuat sebagaimana sila pertama, dan bangsa Indonesia bercerai-berai karena tidak ada bingkai yang jelas seperti sila ketiga. Bangsa Indonesia juga kehilangan arah karena tidak punya tujuan yang jelas, sesuai sila kelima.

Bahkan tanpa Pancasila, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak beradab, karena tidak punya kemanusiaan, tidak memiliki gotong-royong, karena tidak ada sila kedua dan keempat.

Wd_linesWng

  • Penulis: Editor@ldiiwonogiri

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • DPP LDII: Penghentian Impor Pangan Penting untuk Kemandirian Pangan

    DPP LDII: Penghentian Impor Pangan Penting untuk Kemandirian Pangan

    • calendar_month Rab, 5 Feb 2025
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 116
    • 0Komentar

    Jakarta (5/2). Pemerintah berkomitmen menghentikan impor beras, jagung pakan dan gula pada 2025. DPP LDII menilai keputusan tersebut sangat tepat, karena bertujuan mewujudkan kemandirian pangan. Ketua DPP LDII, Rubiyo mengungkapkan, Indonesia memiliki sumberdaya alam dan tenaga kerja yang sangat memadai, tapi perlu pengelolaan yang baik termasuk mengatur konversi lahan pertanian menjadi nonpertanian, “Sehingga sangat memungkinkan […]

  • Refleksi Akhir Tahun, DPP LDII Ingatkan Kemerosotan Moral Ancam Nilai-Nilai Kebangsaan

    Refleksi Akhir Tahun, DPP LDII Ingatkan Kemerosotan Moral Ancam Nilai-Nilai Kebangsaan

    • calendar_month Rab, 1 Jan 2025
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 105
    • 0Komentar

    Jakarta (31/12). Manusia terus membangun peradaban, namun kerap lupa membangun dan mempertahankan moralitas. Inilah persoalan umat manusia hari ini, akibatnya dari abad ke abad teknologi makin canggih namun selalu diikuti kemerosotan moral. Pemikiran tersebut ditegaskan Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso, dalam refleksi akhir tahun menyambut tahun baru 2025, pada Selasa (31/12/2024). Menurutnya, teknologi […]

  • Ketum DPP LDII Ajak Jadikan Tahun Baru Islam Refleksi Tingkatkan Moralitas Bangsa

    Ketum DPP LDII Ajak Jadikan Tahun Baru Islam Refleksi Tingkatkan Moralitas Bangsa

    • calendar_month Jum, 27 Jun 2025
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 89
    • 0Komentar

    Jakarta (26/6). 1 Muharam atau tahun baru Islam diambil dari momentum peristiwa hijrah, yakni Rasulullah keluar dari Mekkah menuju Madinah. Itulah penanda hari pertama, bulan pertama, dan tahun pertama dalam Islam, yang ditetapkan Khalifah Umar bin Khattab atas usulan Ali bin Abi Thalib.   Kata hijrah ini membentuk kata “Hijriah” yang merujuk pada peristiwa hijrah […]

  • Blora Didorong Jadi Pusat Pengembangan Sorgum Nasional

    Blora Didorong Jadi Pusat Pengembangan Sorgum Nasional

    • calendar_month Sel, 13 Mei 2025
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 203
    • 0Komentar

    *Blora (12/5).* Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto, menghadiri panen benih sorgum tersertifikasi di lahan Kelompok Tani Barokah, Dukuh Gelam, Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, pada Minggu pagi, 11 Mei 2025. Kegiatan ini merupakan inisiasi warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Turut hadir dalam kegiatan ini Ketua Umum DPP LDII, KH.Chriswanto Santoso, […]

  • Disiplin Sandal Rapi, Cikal Bakal Profesional Religius Al Barru

    Disiplin Sandal Rapi, Cikal Bakal Profesional Religius Al Barru

    • calendar_month Jum, 31 Okt 2025
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 56
    • 0Komentar

    Pondok Pesantren Al Barru Wonogiri menunjukkan komitmen nyata membangun karakter santri melalui program pembiasaan disiplin dari hal-hal terkecil. Pelaksanaan program ini berfokus pada pelatihan kebiasaan tertib yang dilakukan secara mandiri dan konsisten oleh seluruh santri serta guru setiap hari, demi mewujudkan generasi profesional religius. Program utama yang dijalankan adalah pembiasaan menata sandal dan sepatu rapi […]

  • Buka Turnamen Futsal,Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC)LDII Kelurahan Balepanjang Tegaskan Penerapan Sikap 29 Karakter Luhur LDII

    Buka Turnamen Futsal,Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC)LDII Kelurahan Balepanjang Tegaskan Penerapan Sikap 29 Karakter Luhur LDII

    • calendar_month Ming, 27 Jul 2025
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 297
    • 0Komentar

    JATIPURNO— Ketua PAC LDII Kelurahan Balepanjang membuka turnamen futsal LDII Balepanjang Cup, antar TPQ Se-Kelurahan Balepanjang Tahun 2025.Turnamen dilaksanakan dilapangan futsal Lowo Ireng, Jatisrono, Minggu (20/7). Tema kegiatan turnamen ini yaitu Balepanjang Futsal Cup 2025 “Berolahraga, Berkarakter, Semangat”.   Kegiatan di inisiasi dan dilaksanakan oleh bagian pemuda dan olahraga PAC LDII Kelurahan Balepanjang, dengan melibatkan […]

expand_less