Jakarta, 17 April 2025 — Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII) menegaskan komitmennya untuk mendukung pemerintah dalam penentuan awal bulan Hijriah melalui pelaksanaan rukyatul hilal atau pengamatan bulan sabit pertama. Sejak tim rukyatul hilal LDII dibentuk pada tahun 2014, tercatat sudah ada 101 tim yang aktif melakukan pemantauan hilal secara nasional.
Hal ini disampaikan oleh anggota Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPP LDII, yang juga merupakan anggota Tim Rukyatul Hilal DPP LDII, Ustaz Wilnan Fatahilah, pada Minggu (13/4/2025).
“Untuk pemantauan hilal 1 Ramadan 1446 H, kami mengerahkan tim di 88 titik lokasi. Sedangkan untuk 1 Syawal 1446 H, pemantauan dilakukan di 91 titik yang tersebar di seluruh Indonesia,” ungkap Ustaz Wilnan.
Ia menjelaskan bahwa titik-titik tersebut merupakan bagian dari lokasi pemantauan resmi yang diakui oleh Kementerian Agama (Kemenag). Meski secara astronomi hilal sering kali memenuhi syarat visibilitas, cuaca menjadi tantangan utama dalam proses rukyatul hilal. “Kondisi mendung, berawan, hingga hujan sering kali menjadi hambatan dalam pengamatan,” tambahnya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, LDII terus mengembangkan tim yang solid dan kompeten. Pada tahun ini, lebih dari 450 personel dari berbagai tingkatan organisasi—DPP, DPW, dan DPD—ikut serta dalam pelaksanaan rukyatul hilal. Mereka telah dibekali pelatihan khusus sejak 2014.
Pelatihan tersebut awalnya dilakukan di kantor DPP LDII, Jakarta, dengan menghadirkan pelatih dari Kemenag RI seperti Ahmad Izzuddin dan Ismail Fahmi. Seiring waktu, LDII menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Planetarium Jakarta dan Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU). Materi pelatihan diperluas, melibatkan para pakar seperti Ustaz Cecep Nurwendaya dan Ustaz Hendro Setiyanto dari Imah Noong, Lembang.
“Setelah pandemi, pelatihan intensif kami lanjutkan kembali. Mulai 2023 hingga 2025, kami mengundang Ustaz Hendro Setiyanto untuk membekali tim kami keterampilan penggunaan alat optik, seperti teropong,” jelas Ustaz Wilnan. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin dengan fokus pada aspek praktis pengamatan hilal.
Kini, sejumlah DPW LDII telah mampu menyelenggarakan pelatihan hisab secara mandiri. Wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara aktif mengadakan diklat hisab dengan menghadirkan narasumber dari Kanwil Kemenag dan LFNU. Materi pelatihan meliputi kriteria hisab-rukyat (baik versi lama maupun baru), penentuan arah kiblat, waktu salat, hingga teknik identifikasi citra hilal menggunakan perangkat lunak.
Di tingkat daerah, DPD LDII Kabupaten Wonogiri pada tahun 2025 telah membentuk tim rukyatul hilal dan sedang merencanakan studi banding ke wilayah lain yang telah lebih dulu melaksanakan pemantauan. DPD LDII Wonogiri juga telah berkoordinasi dengan Kepala Kemenag Kabupaten Wonogiri, H. Haryadi, yang menyambut baik keterlibatan LDII dalam pengamatan hilal di wilayahnya.
Dalam pelaksanaannya, tim LDII juga menjalin kolaborasi aktif dengan instansi lain seperti BMKG, Kemenag, dan LFNU. “Kami sangat menghargai kolaborasi ini karena memperkuat validitas hasil pengamatan dan memperkaya diskusi ilmiah di lapangan,” ujar Ustaz Wilnan.
Tak hanya dilakukan pada bulan-bulan penting seperti Ramadan, Syawal, atau Dzulhijjah, tim rukyat LDII juga melakukan pengamatan hilal secara rutin di setiap awal bulan Hijriah. Hal ini dilakukan guna mempertajam keterampilan dan meningkatkan kesiapan tim di berbagai kondisi cuaca dan lokasi.
“Jadi, tidak hanya saat Ramadan, Syawal, atau Idul Adha, tim kami juga melakukan pengamatan hilal di bulan-bulan lainnya sebagai bentuk latihan dan komitmen kami dalam mendukung sistem kalender Hijriah nasional,” tutup Ustaz Wilnan. kim-dpd