Semarang – Jum’at, 26 November 2021, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah menggelar workshop tentang pemanfaatan sosial media untuk dakwah di kalangan milenial. Kegiatan yang diinisiasi oleh Komisi Informasi dan Komunikasi serta Komisi Seni Budaya dan Peradaban Islam ini digelar di Hotel Grasia, Semarang.
Kegiatan ini diikuti oleh para pengurus MUI di tingkat Jawa Tengah, utusan dari MUI Kabupaten/Kota serta utusan dari pondok pesantren di sekitar wilayah Semarang.
Workshop dibuka secara resmi oleh Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Tengah Dr. KH. Ahmad Darodji, M.Si, pada Jumat sore.
Dalam sambutannya, Kiai Darodji menekankan bahwa generasi milenial adalah generasi muda yang melek terhadap teknologi. Mereka menjadikan internet sebagai bagian dari kehidupan. Oleh karena itu, perlu disusun strategi dakwah yang sesuai dengan gaya kaum milenial.
“Kita perlu menemukan metode yang menggunakan media yang sesuai dengan generasi milenial, seperti tiktok, yang durasinya hanya 3 menit. Dakwah seharusnya disampaikan dengan waktu yang singkat namun mengena kepada audien,” pinta Kiai Daroji.
Untuk strategi dakwah, semua pihak seyogyanya dapat mengikuti cara pemikiran anak muda. Kaum milenial, lanjut Ketua Baznas Jawa Tengah ini, umumnya jarang yang suka berkumpul, namun lebih suka menyendiri dengan gadgetnya.
“Seyogyanya ayat-ayat dakwah disampaikan agar generasi milenial tersentuh hatinya,” tambahnya.
Usai dibuka oleh Ketua MUI Jawa Tengah, dilanjutkan materi pertama yang disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang DR. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc. MA. Ia menekankan pentingnya ulama di masa kini harus mempunyai kemampuan IT yang mumpuni. Para ulama dituntut untuk mempunyai perangkat teknologi yang canggih sebagai bekal berdakwah.
“Zaman modern ini, kyai harus tahu IT, punya HP yang mumpuni. Kita tidak hanya duduk di belakang meja mengajar ngaji, namun juga bisa melakukan dakwah melalui media sosial,” jelasnya.
Menurut dosen UIN Walisongo ini, ada perbedaan mencolok ketika dakwah di masa dahulu dan di masa sekarang ini. Pada masa dahulu, seorang kiai yang berdakwah selalu berpindah-pindah tempat dengan jarak yang saling berjauhan. Ketika berdakwah, sehari paling hanya beberapa tempat.
Namun, di masa kini, seorang bisa berdakwah di 10 tempat dakwah dalam sehari.
Ketua Panitia H. Isdianto Isman menjelaskan, bahwa workshop pemanfaatan media akan berlangsung selama dua hari. Para narasumber yang terlibat adalah yang ahli di bidangnya. Panitia juga mengundang salah satu narasumber, yaitu Noe Letto untuk berbicara pada hari kedua workshop. [Ag]
Sementara itu, utusan dari MUI Kab. Wonogiri, Agung Susanto, SE, selaku Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat, dan juga sekretaris DPD LDII Kab. Wonogiri mengatakan bahwa ia mendapatkan surat tugas dari Ketua MUI Wonogiri untuk mengikuti Workshop yang digelar MUI Jateng kali ini.
Menurutnya, sangatlah penting memanfaatkan media sosial dalam berdakwah di era digital saat ini.
“Data yang disampaikan narasumber bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu lebih dari 3 jam setiap hari untuk bermain media sosial, ini artinya jika kita sebagai pendakwah mampu memanfaatkan teknologi digital maka kewajiban kita untuk ” Balighu anni walau ayah” (Sampaikan dariku Nabi Muhammad SAW walaupun hanya satu ayat) maka akan tersampaikan,” tutur Agung saat mengikuti workshop MUI Jateng di Hotel Grasia.
Agung juga menambahkan, untuk berdakwah di media sosial butuh tim yang mumpuni. Tim yang dapat membantu mengarahkan, mendesain serta mengarahkan agar isi konten berdakwah tidak melanggar hukum.