Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kegiatan Masyarakat » Jaga Kebangsaan di Tengah Tekanan Globalisasi, LDII Bisa Ambil Peran Serta

Jaga Kebangsaan di Tengah Tekanan Globalisasi, LDII Bisa Ambil Peran Serta

  • account_circle Editor@ldiiwonogiri
  • calendar_month Sen, 21 Feb 2022
  • visibility 30
  • comment 0 komentar
DPD LDII Kabupaten Wonogiri beserta Santri Ponpes Al Barru mengikuti Webinarnas Jaga Kebansaan di tengah tekanan globalisasi

Minggu, 20/2/2022. Persoalan Kebangsaan di tengah tekanan globalisasi mengemuka dalam Webinar Nasional yang diselenggarakan DPP LDII. Ikut dalam acara webinarnas tersebut DPD LDII Kabupaten Wonogiri bersama dengan beberapa santri Ponpes Al Barru secara daring melalui Zoom di Aula Ponpes Al Barru. 

Akademisi Universitas Paramadina Yudi Latif mengingatkan semua pihak. Globalisasi menarik bangsa Indonesia ke ideologi-ideologi internasional. Sekaligus menekan balik, sehingga ideologi itu menciptakan perlawanan di tingkat akar rumput. 

Yudi Latif menyampaikan pemikiran tersebut, pada webinar bertema “Sosialisasi Perpol No. 1 Tahun 2021 tentang Pemolisian Masyarakat dan Peningkatan Peran LDII dalam Kerjasama dengan Polri untuk Pembentukan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)”. 

Yudi menjabarkan untuk menjadi rakyat Indonesia harus memiliki keluasan mental seluas Indonesia, dan memiliki kekayaan rohani sebanyak dan semajemuk Indonesia. Untuk menjadi rakyat Indonesia harus memiliki keluasan mental seluas Indonesia dan memiliki kekayaan rohani sebanyak dan semajemuk Indonesia. Pancasila mampu menyatukan perbedaan, namun sebagai ideologi negara ia juga tak lepas dari tantangan akibat globalisasi.

Ia menjabarkan, Pancasila menggambarkan keragaman Indonesia dari berbagai sisi. “Sila pertama menggambarkan keragaman agama, sila kedua menggambarkan keragaman ras manusia, sila ketiga menggambarkan keragaman etnis, adat, dan budaya, sila keempat menggambarkan keragaman aliran-aliran dan afiliasi politik, serta sila kelima menggambarkan keragaman bentuk lampiran hirarki sosial dan peradaban,” ujarnya. 

Dalam kondisi keterkinian, fenomena globalisasi membawa dua konsekuensi, pertama globalisasi adalah take away, menarik bangsa dipersatukan dalam pengaruh internasional, lewat teknologi telematika. Sehingga, pusat global merembes masuk ke berbagai wilayah, bahkan masuk pada sudut terpencil di dunia, menghasilkan fenomena global village.

“Akibatnya, ideologi global merembes masuk nyaris tanpa gatekeeper Dahulu ulama dan kyai, bisa menyeleksi dahulu, baru kemudian mana yang diperbolehkan masuk ke masyarakat, mana yang tidak. Kini dengan teknologi digital, merembet masuk ke desa,” ungkapnya. 

Kedua, globalisasi bersifat pushdown, menekan bangsa dan negara ke bawah, sehingga melahirkan luberan. Hal tersebut, membuat Indonesia yang majemuk dikarenakan tekanan globalisasi tersebut, menghadapi kenyataan pluralisasi eksternal dan internal,” jabarnya. 

Kompleksitas tersebut membuat, isu yang berkaitan dengan conflict resolution bagaimana menjaga ketertiban dan keamanan, mendapatkan tekanan yang sangat serius. Tekanan terhadap nilai Pancasila, dapat dilihat dari tekanan yang mengalir pada setiap sila itu sendiri.

“Sila pertama, mestinya mengajak, apapun perbedaan agama, aliran, dipersatukan semangat ketuhanan yang welas asih, tapi sekarang, banyak orang mengalami artikulasi agama, sehingga melahirkan ekspresi yang keras dan mengarah konflik di akar rumput,” ungkapnya. 

Pada sila kedua, adanya pengaruh globalisasi yang makin intens, dapat menjadikan wilayah zona konflik. “Pengaruh dan berbagai kompetisi persaingan ideologi global, serta jaringan terorisme bisa merembes, menjadi sel diam di desa-desa,” ujarnya. 

Sila ketiga, Indonesia yang multikultural, mestinya terbiasa mengembangkan sikap hidup merekatkan persatuan, namun seringkali berkembang sikap monokultural, yang lebih mengedepankan sesama kubu saja, suku saja, dan aliran agama tertentu saja. “Seharusnya, desa dapat menjadi zona yang relatif aman dan tentram, namun penetrasi pengaruh global dapat membuat robekan sosial terjadi,” jelasnya. 

Pada sila keempat, globalisasi dapat melahirkan polarisasi masyarakat. “Elitnya sudah berangkulan, tetapi sisa pembenturan masih merembes di desa, ternyata pada pemilu, dapat melahirkan peristiwa perceraian akar rumput, yang dipicu konflik politik,” ujarnya. 

Efek globalisasi pada sila kelima, karena kesenjangan sosial, ketidakmerataan pembangunan, dapat melahirkan prasangka, berbagai bentuk kekerasan dan protes serta kecemburuan sosial. 

DPD LDII Kabupaten Wonogiri beserta Santri Ponpes Al Barru mengikuti Webinarnas Jaga Kebansaan di tengah tekanan globalisasi

Yudi menyambut baik kerja sama Polri dan LDII untuk membentuk FKPM. Dengan Lembaga itu, masyarakat dan aparat negara dapat membuat titik temu atau common ground jika robekan sosial tadi merembes ke desa. Dengan FKPM, bisa dibangun jaringan konektivitas, persambungan, silaturrahim, dan gotong-royong. 

Ia menilai, LDII memiliki semangat inklusif, bisa membangun konektivitas, menjadi jembatan katalis pertemuan orang yang beda suku, adat, dapat terkoneksi satu sama lain, sekaligus membangun kerangka kerjasama dengan berbagai elemen, sehingga dapat menjadi damai dan harmoni. 

Kedua, kesetaraan akses terhadap pendidikan, kesehatan, ketertiban, keamanan, kesejahteraan, permodalan, itu penting. “Seringkali robekan sosial terjadi karena eksklusivitas, dimana apabila akses ekonomi, kesehatan dan pendidikan dikuasai oleh golongan tertentu, akan membuat kecemburuan,” ujarnya. 

Sementara itu, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro, sekaligus Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistyono menyampaikan wilayah dan masyarakat pedesaan masih merupakan penyangga utama kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. 

Namun transformasi historis yang saat ini berlangsung telah mengancam salah satu pilar struktur sosial, yakni memudarnya pola hubungan patron-client. Padahal pola hubungan ini menjamin kehidupan yang harmoni di pedesaan. 

“Hubungan patron-client adalah hubungan antara pemimpin dengan pengikut yang saling menguntungkan dimana pemimpin menjamin kemakmuran sedangkan rakyat memberikan dukungan politik dan penghormatan,” paparnya. 

Sistem politik tersebut menjadikan desa sebagai kesatuan teritorial dan budaya yang utuh dan solid. Meski hidup dalam kondisi pas-pasan, dulunya ketahanan hidup masyarakat desa dijamin oleh pemimpinnya. “Kegaduhan, perlawanan dan pemberontakan masyarakat desa justru terjadi ketika ada goncangan dalam pola hubungan patron-client dan terlanggarnya batas subsistensi,” ujar Singgih. 

Menurut Singgih, pernah ada situasi dimana masyarakat kumpul di suatu masjid melakukan zikir bersama meminta tolong langsung kepada Maha Kuasa, bukan meminta tolong kepada penguasa. Ia berpendapat, hal tersebut menjadi salah satu indikator para pemimpin di desa itu tidak lagi menjadi tempat bergantung dan berlindungnya masyarakat, sehingga hubungan patron-client mengalami disorientasi. 

“Saya kira, untuk sekarang dan yang akan datang satu-satunya yang bisa menjadi patron di masyarakat desa adalah negara. FKPM yang diinisiasi pihak Polri bisa difungsikan sebagai elemen negara karena di dalamnya terdapat aparat keamanan, pemerintahan dan tokoh-tokoh masyarakat. LDII siap bekerjasama untuk menjalankan fungsi patron-client yang bisa menjadi pembela dan pelindung masyarakat pedesaan dari berbagai macam potensi konflik sosial,” papar Singgih. 

Menurutnya, LDII di berbagai daerah bisa bergabung dengan ormas lain dan kepolisin mendirikan FKPM, atau bergabung dengan FKPM yang sudah berjalan di suatu daerah. Dengan bergabung dalam FKPM, LDII dan masyarakat lainnya berperan aktif dalam memelihara Kamptibmas Bersama dengan kepolisian. 

Terkait pembentukan FKPM Kakorbinmas Baharkam Polri Irjen Pol Suwondo Nainggolan yang diwakili Kasubditbitpolmas Korbinmas Harkam Polri Kombes Pol RS.Terr. Pratiknyo mengatakan LDII dapat membentuk FKPM model kawasan berdasarkan kesepakatan bersama antara Polri – dalam hal ini Kapolsek, petugas Polmas, atau Bhabinkamtibmas dan pemilik kawasan pendidikan. 

“Keanggotaan FKPM terdiri atas keterwakilan pemilik kawasan pendidikan, keterwakilan pengelola, keterwakilan satuan pengamanan, keterwakilan pekerja, unsur pemerintah dan petugas Polmas. Mereka bisa menggunakan fasilitas pos yang disediakan oleh pemilik kawasan pendidikan sebagai tempat pertemuan,” ujar Suwondo dalam pers rilisnya. 

Webinar nasional sosialisi FKPM yang dihelat LDII tersebut, diikuti oleh para pengurus LDII, alim ulama, pimpinan pondok pesantren, unsur kepolisian kewilayahan, DPP, DPW, dan DPD LDII di 300 lebih studio mini. Acara itu menghadirkan pembicara Kasubditbitpolmas Korbinmas Harkam Polri Kombes Pol RS.Terr. Pratiknyo, Akademisi Universitas Paramadina Yudi Latif, Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Desa Kemendagri Chaerul Dwi Sapta, serta Ketua DPP LDII Singgih Tri Sulistiyono.

  • Penulis: Editor@ldiiwonogiri

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Agar Bangsa Tidak Terbelah “Jangan Tolak Ormas yang Komitmen Terhadap Pancasila”, Ini Pesan Kyai SAS

    Agar Bangsa Tidak Terbelah “Jangan Tolak Ormas yang Komitmen Terhadap Pancasila”, Ini Pesan Kyai SAS

    • calendar_month Rab, 29 Mar 2023
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 26
    • 0Komentar

    Jakarta (29/3). Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) KH Said Aqil Siradj menegaskan, perpecahan bangsa jangan sampai terjadi. Salah satunya dipicu oleh kontestasi politik Pemilu 2024. Selain itu ia menekankan hubungan antarormas Islam, harus mengedepankan toleransi, saling menghargai, dan menghormati. Ia mengatakan penolakan ormas Islam terhadap ormas lain, merupakan ketidakmampuan menjaga persatuan dan kesatuan […]

  • MENUJU MUNAS IX LDII 2021

    MENUJU MUNAS IX LDII 2021

    • calendar_month Sel, 16 Mar 2021
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 24
    • 0Komentar

    Wed_LinesWng

  • LPOI dan LDII Ingatkan Jangan Termakan Isu yang Merusak Persaudaraan Umat Islam

    LPOI dan LDII Ingatkan Jangan Termakan Isu yang Merusak Persaudaraan Umat Islam

    • calendar_month Sab, 14 Jan 2023
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 20
    • 0Komentar

    Jakarta (13/1). Sekretaris Jenderal Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) KH Imam Pituduh berkunjung ke kantor DPP LDII, Jakarta, pada Jumat (13/1). Dalam kesempatan itu, Imam menyatakan, umat Islam itu bersaudara sehingga tidak mudah dipecah belah oleh isu yang tidak mendasar. “Bersaudara itu, karena kita sama-sama satu tanah air, seiman, saudara sekemanusiaan. Persaudaraan itu tidak boleh […]

  • PJ Gubernur Jateng Nana Sudjana Akan Membuka Muswil VII LDII Jateng Hari Ini

    PJ Gubernur Jateng Nana Sudjana Akan Membuka Muswil VII LDII Jateng Hari Ini

    • calendar_month Sab, 25 Jan 2025
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 25
    • 0Komentar

    SEMARANG, 25 Januari 2025 — Pj Gubernur Jawa Tengah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Jawa Tengah Komjen Pol (Purn) Nana Sudjana akan membuka Musyawarah Wilayah VIII pada 25–26 Januari 2025 di Hotel Patra Jasa, Semarang Jawa Tengah. Muswil yang mengambil tema “Peningkatan Peran LDII sebagai Penggerak Moderasi Beragama di Era Disrupsi,” acara ini dihadiri […]

  • Menuju Munas IX, LDII Gelar Webinar Strategis Ketahanan Keluarga

    Menuju Munas IX, LDII Gelar Webinar Strategis Ketahanan Keluarga

    • calendar_month Ming, 28 Feb 2021
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 23
    • 0Komentar

    WONOGIRI – Dewan Pimpinan Pusat DPP LDII menggelar Webinar tentang Ketahanan Keluarga di Era Pandemi. Webinar yang digelar menjelang Muyawarah Nasional IX April 2021 mendatang ini,  diikuti seluruh jajaran pengurus DPP, DPW, dan DPD di seluruh Indonesia lewat aplikasi Zoom Meeting, Sabtu (27/2). LDII memberikan perhatian serius terkait Ketahanan keluarga di masa pandemik Covid-19. Pasalnya, […]

  • Jokowi Buka Munas IX LDII

    Presiden Jokowi Ajak Ormas Islam Moderasi dalam Beragama

    • calendar_month Rab, 7 Apr 2021
    • account_circle Editor@ldiiwonogiri
    • visibility 23
    • 0Komentar

    Jakarta (7/4). Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi membuka Musyawarah Nasional (Munas) IX LDII, yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin, Jakarta Timur pada Rabu (7/4). Presiden Jokowi di depan para peserta yang mengikuti pidato pembukaan secara daring tersebut, mengingatkan Ormas Islam untuk mengembangkan dan melaksanakan moderasi beragama. “Kita patut bersyukur menerima warisan berupa Bhinneka Tunggal […]

expand_less